I made this widget at MyFlashFetish.com.

Clips of Historic

Minggu, 08 Mei 2011

Abul Wafa, Matematikus Muslim yang Dikagumi Barat

Ternyata selain Al-Khawarizmi, Islam juga memiliki ahli matematika yang handal dan fenomenal. Namanya Abul Wafa Al-Buzjani. “Ia adalah salah satu metematikus terhebat yang dimiliki peradaban Islam,” papar Bapak Sejarah Sains, George Sarton dalam bukunya bertajuk Introduction to the History of Science.

Abul Wafa yang hidup pada abad ke-10 M ini adalah seorang saintis serba bisa. Selain jago di bidang matematika, ia pun terkenal sebagai insinyur dan astronom terkenal pada zamannya.

Kiprah dan pemikirannya di bidang sains diakui peradaban Barat. Sebagai bentuk pengakuan dunia atas jasanya mengembangkan astronomi, organisasi astronomi dunia mengabdikannya menjadi nama salah satu kawah bulan.

Bagi orang Barat, Abul Wafa dikenal sebagai ilmuwan yang brilian. Tak heran, jika sang ilmuwan muslim itu begitu dihormati dan disegani.

Dalam bidang Matematika, Abul Wafa pun banyak memberi sumbangan yang sangat penting bagi pengembangan ilmu berhitung itu.

Jumat, 06 Mei 2011

Pembebasan Raja Perancis oleh Khalifah Sulaiman al-Qanuni


Hubungan Perancis dan Islam sudah berlangsung lama. Dalam sejarah tercatat bagaimana Negara Khilafah pernah membantu Perancis membebaskan raja mereka Francis I di dalam peperangan Pavia pada tahun 1525 M. Ketika itu Perancis benar-benar merasa terhina dengan penawanan raja mereka dan tentara mereka telah gagal membebaskan raja dari penawanan. Mereka lalu meminta pertolongan Daulah Khilafah (Uthmaniyah). Raja Perancis mengirim utusan untuk menemui Khalifah pada 6 Desember 1525. Khalifah Sulaiman al-Qonuni mengabulkan permohonan sang raja.

Rabu, 04 Mei 2011

Khulafaur Rasyidin: Ali bin Abi Thalib (656-661 M) Dicintai Orang Beriman

Beliau adalah khalifah keempat dari Khulafaur Rasyidin. Ayahnya Abu Thalib bin Abdul Muthalib bin Hisyam bin Abdi Manaf. Ibunya Fathimah binti Asad binti Hasyim bin Abdi Manaf. Jadi, baik dari pihak ayah maupun ibunya, Ali adalah keturunan Bani Hasyim.

Untuk meringankan beban Abu Thalib yang kala itu mempunyai anak yang lumayan banyak, Rasulullah Saw mengasuh Ali. Selanjutnya, Ali tinggal bersama di rumah Nabi dan mendapatkan pengajaran langsung dari beliau.

Ali dilahirkan dalam Ka’bah, 23 tahun sebelum Hijrah, dan mempunyai nama kecil Haidarah. Ia baru menginjak usia sepuluh tahun ketika Rasulullah menerima wahyu yang pertama. Sejak kecil Ali telah menunjukkan pemikirannya yang kritis dan brilian.

Kesederhanaan, kerendah-hatian, ketenangan dan kecerdasan dari kehidupan Ali yang bersumber dari Al-Qur’an dan wawasan yang luas, membuatnya menempati posisi istimewa di antara para sahabat Rasulullah Saw lainnya. Kedekatan Ali dengan keluarga Rasulullah semakin erat ketika ia menikah dengan putri bungsu beliau, Fathimah.

Ketika Rasulullah Saw masih hidup, Ali bin Abi Thalib telah memberikan ‘saham’ terbesar demi tersebarnya Islam. Di antara sumbangan terbesar itu adalah kesediaannya menggantikan Rasulullah Saw tidur di kamarnya untuk mengelabui para pengepung yang ingin membunuh Rasulullah. Dengan resiko apapun, termasuk kemungkinan dibunuh, Ali bersedia menanggung akibatnya. Dengan cara itu, Rasulullah dan Abu Bakar aman bersembunyi di Gua Tsur selama beberapa hari, dan selanjutnya meneruskan hijrah ke Madinah.

Khulafaur Rasyidin: Utsman bin Affan (644-656 M) Pemilik Dua Cahaya

Dikisahkan Al-Manawi dalam kitab Ad-Durr Al-Mandhud, suatu ketika pada masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq, kaum Muslimin dilanda kekeringan. Ketika kesulitan semakin berat, mereka mendatangi Abu Bakar dan berkata, “Wahai pengganti Rasulullah Saw, sesungguhnya langit tak lagi menurunkan hujan, bumi tak menumbuhkan tanaman, orang-orang sudah memperkirakan datangnya kebinasaan. Lalu apa yang akan engkau perbuat?”

Abu Bakar menjawab, “Pulanglah kalian dan bersabarlah. Aku berharap kalian tidak sampai sore sehingga Allah memberikan jalan keluar untuk kalian.”

Di pagi hari mereka menanti-nantikannya. Ternyata ada seribu onta terikat dengan muatan di atasnya berisi gandum, minyak dan tepung. Rombongan itu berhenti di pintu rumah Utsman bin dan dibongkar di rumahnya. Para saudagar berdatangan, Utsman keluar dan bertanya, “Apa yang kalian inginkan?”


Mereka menjawab, “Engkau mengetahui apa sebenarnya yang kami inginkan.” Orang-orang itu adalah para saudagar yang ingin membeli harta Utsman.

“Berapa kalian memberikan laba kepadaku?”

Mereka menjawab, “Dua dirham?”

Utsman menjawab, “Aku telah diberi lebih dari itu.”

Khulafaur Rasyidin: Umar bin Khathab (634-644 M) Pemimpin yang Adil

Umar benar-benar tak kuasa menahan amarah. Tekadnya sudah bulat. Hari itu juga ia harus menghabisi Rasulullah Saw. Dengan pedang terhunus di tangan, putra pasangan Al-Khathab dan Hanthamah ini bergegas meninggalkan rumahnya.

Di tengah perjalanan ia berjumpa dengan Nuaim bin Abdullah, seorang teman yang memberitakan bahwa adik perempuannya sendiri, Fathimah binti Al-Khathab dan suaminya Said bin Zaid telah memeluk Islam. Kemarahan Umar semakin membuncah.

Dipenuhi dengan murka tak tertahan, Umar mengalihkan arah perjalanannya. Ia bersegera menuju rumah adiknya, Fathimah. Di depan pintu, ia menemukan Fathimah dan suaminya sedang membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an, surah Thaha.

Masih dipenuhi kemarahan, Umar menghardik Fathimah dan memerintahkannya untuk meninggalkan Islam dan kembali kepada tuhan-tuhan nenek moyang meraka. Di puncak amarahnya, Umar sempat memukul Said bin Zaid dan menampar adiknya, Fathimah. Darah mengalir dari celah bibir Fathimah.


Hati Umar luluh. Di tengah kegalauannya itu, pandangan Umar menangkap sebuah lembaran yang bertuliskan ayat-ayat Al-Qur’an. Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang. Hatinya ciut. Dengan tangan bergetar, Umar meminta lembaran itu. Fathimah menolak.

Khulafaur Rasyidin: Abu Bakar Ash-Shiddiq (632-634 M) Sang Pembela Rasulullah

Abu Bakar termasuk pelopor kaum Muslimin pertama, As-Sabiqunal Awwalun, para pendahulu. Ia adalah orang yang memercayai Rasulullah di saat banyak orang menganggap beliau gila. Abu Bakar termasuk orang yang siap mengorbankan nyawanya, di saat banyak orang hendak membunuh Rasulullah.

Nama awal Abu Bakar adalah Abdullah bin Abu Quhafah. Dalam lembaran sejarah disebutkan nama ayahnya adalah Abu Quhafah. Ini pun bukan nama sebenarnya. Utsman bin Amir demikian nama lain dari Abu Quhafah. Abu Bakar lahir pada 573 Masehi, lebih muda sekitar tiga tahun dari Nabi Muhammad.

Sebelum masuk Islam, ia dipanggil dengan sebutan Abdul Ka’bah. Ada cerita menarik tentang nama ini. Ummul Khair, ibunda Abu Bakar sebelumnya beberapa kali melahirkan anak laki-laki. Namun setiap kali melahirkan anak laki-laki, setiap kali pula mereka meninggal. Sampai kemudian ia bernazar akan memberikan anak laki-lakinya yang hidup untuk mengabdi pad Ka’bah. Dan lahirlah Abu Bakar.

Setelah Abu Bakar lahir dan besar ia diberi nama lain; Atiq. Nama ini diambil dari nama lain Ka’bah, Baitul Atiq yang berarti rumah purba. Setelah masuk Islam, Rasulullah memanggilnya dengan sebutan Abdullah. Nama Abu Bakar sendiri konon berasal dari predikat pelopor dalam Islam. Bakar berarti dini atau awal.

Suatu hari Abu Bakar ingin berangkat berdagang ke wilayah Thaif bersama rekan bisnisnya, Hakim bin Hizam—keponakan Khadijah. Tiba-tiba sesorang datang menemuinya. Orang itu berkata kepada Hakim, “Bibimu Khadijah mengaku suaminya menjadi nabi sebagaimana Musa. Ia sungguh telah mengabaikan tuhan-tuhan.”

Waktu

Facebook Badge

Kitab-kitab Mutabanat