I made this widget at MyFlashFetish.com.

Clips of Historic

Minggu, 08 Mei 2011

Abul Wafa, Matematikus Muslim yang Dikagumi Barat

Ternyata selain Al-Khawarizmi, Islam juga memiliki ahli matematika yang handal dan fenomenal. Namanya Abul Wafa Al-Buzjani. “Ia adalah salah satu metematikus terhebat yang dimiliki peradaban Islam,” papar Bapak Sejarah Sains, George Sarton dalam bukunya bertajuk Introduction to the History of Science.

Abul Wafa yang hidup pada abad ke-10 M ini adalah seorang saintis serba bisa. Selain jago di bidang matematika, ia pun terkenal sebagai insinyur dan astronom terkenal pada zamannya.

Kiprah dan pemikirannya di bidang sains diakui peradaban Barat. Sebagai bentuk pengakuan dunia atas jasanya mengembangkan astronomi, organisasi astronomi dunia mengabdikannya menjadi nama salah satu kawah bulan.

Bagi orang Barat, Abul Wafa dikenal sebagai ilmuwan yang brilian. Tak heran, jika sang ilmuwan muslim itu begitu dihormati dan disegani.

Dalam bidang Matematika, Abul Wafa pun banyak memberi sumbangan yang sangat penting bagi pengembangan ilmu berhitung itu.


“Abul Wafa adalah Matematikus terbesar di abad ke 10 M,” ungkap Kattani. Betapa tidak, sepanjang hidupnya, sang ilmuwan ini telah melahirkan sederet inovasi penting bagi ilmu Matematika. Ia tercatat menulis kritik atas pemikiran Eucklid, Diophantos, dan Al-Khawarizmi. Sayang risalah itu telah hilang. Sang ilmuwan pun mewariskan Kitab Al-Kami (Buku Lengkap) yang membahas tentang ilmu hitung (aritmatika) praktis. Kontribusi lainnya yang tak kalah penting dalam ilmu Matematika adalah kitab Al-Handasa yang mengkaji penerapan Geometri. Ia juga berjasa besar dalam mengembangkan Trigonometri.

Abul Wafa adalah orang pertama yang mencetuskan rumus umum sinus dan metode baru membentuk tabel sinus. Ia juga membenarkan nilai sinus 30 derajat ke tempat desimel kedelapan.
Yang lebih mengagumkan lagi, ia membuat studi khusus tentang tangen serta menghitung sebuah tabel tangen.

Istilah secan dan cosecan juga pertama kali dikenalkan oleh Abul Wafa. Baron Carra de Vaux yang hidup pada abad 19 M mengambil konsep secan yang dicetuskannya.

Salah satu jasa terbesar yang diberikan Abul Wafa bagi studi Matematika adalah Trigonometri. Trigonometri berasal dari kata trigonon = tiga sudut, dan metro = mengukur. Ini adalah sebuah cabang Matematika yang berhadapan dengan sudut segitiga dan fungsi Trigonometrik seperti sinus, cosinus, dan tangen.

Trigonometri memiliki hubungan dengan Geometri, meskipun ada ketidaksetujuan tentang apa hubungannya;bagi beberapa orang, Trigonometri adalah bagian dari Geometri. Dalam Trigonometri, Abul Wafa telah memperkenalkan fungsi tangen dan memperbaiki metode penghitungan tabel Trigonometri. Ia juga turut memecahkan sejumlah masalah yang berkaitan dengan spherical triangles.

Secara khusus, Abul Wafa berhasil menyusun rumus yang menjadi identitas Trigonometri. Inilah rumus yang dihasilkannya itu :

Sin(a+b) = Sin(a) Cos(b) + Cos(a) Sin(b)
Cos(2a) = 1 – 2 Sin(2a)
Sin(2a) = 2 Sin(a) Cos(a)

                Selain itu, Abul Wafa pun berhasil membentuk rumus Geometri untuk parabola, yakni : x4 = a dan x4 + ax3 = b. Rumus-rumus penting itu hanyalah secuil hasil pemikiran Abul Wafa yang hingga kini masih bertahan. Kemampuannya menciptakan rumus-rumus baru Matematika membuktikan bahwa Abul Wafa adalah Matematikus Muslim yang sangat jenius.

Tumbuh dari lingkungan ilmu

                Abul Wafa tumbuh besar di era bangkitnya dinasti Islam baru –Buwaih (Abbasiyah)– yang berkuasa di wilayah Persia tahun 945 - 1055 M. Kesultanan Buwaih menancapkan benderanya di antara periode peralihan kekuasaan dari Arab ke Turki. Dinasti ini memindahkan ibu kota pemerintahannya ke Baghdad saat Adud ad-Daulah berkuasa dari tahun 949 – 983 M. Pemerintahan Adud Ad-Daulah sangat mendukung dan memfasilitasi para ilmuwan dan seniman.

                Dukungan itulah yang membuat Abul Wafa memutuskan hijrah dari kampung halamannya ke Baghdad. Sang ilmuwan dari Khurasan ini lalu memutuskan untuk mendedikasikan dirinya bagi ilmu pengetahuan di istana Adud ad-Daulah pada tahun 959 M. Abul Wafa bukanlah satu-satunya Matematikus yang mengabdikan dirinya bagi ilmu pengetahuan di istana itu.

                Matematikus lainnya yang juga bekerja di istana Adud ad-Daulah antara lain; Al-Quhi dan Al-Sijzi. Pada tahun 983 M, suksesi kepemimpinan terjadi di Dinasti Buwaih. Adud ad-Daulah digantikan puteranya bernama Sharaf ad-Daulah. Sama seperti sang ayah, Sulthan baru itu juga sangat mendukung perkembangan Matematika dan Astronomi. Abul Wafa pun makin betah bekerja di istana.

                Kecintaan sang Sulthan pada Astronomi makin memuncak ketika dirinya ingin membangun sebuah Observatorium. Abul Wafa dan temannya (Al-Quhi) pun mewujudkan ambisi sang Sulthan. Observatorium Astronomi itu dibangun di taman istana Sulthan di kota Baghdad. Kerja keras Abul Wafa pun berhasil. Observatorium itu secara resmi dibuka pada bulan Juni 988 M.

                Untuk memantau bintang dari Observatorium itu, secara khusus Abul Wafa membangun kuadran dinding. Sayang, Observatorium tak bertahan lama. Begitu Sulthan Sharaf as-Daulah wafat, Observatorium itu pun lalu ditutup. Sederet karya besar telah dihasilkan Abul Wafa selama mendedikasikan dirinya di istana Sulthan Buwaih.

                Beberapa kitab bernilai yang ditulisnya antara lain; Kitab Fima Yahtaju Ilaihi al-Kuttab wa al-Ummal min ‘Ilm al-Hisab sebuah buku tentang Aritmatika. Dua salinan kitab itu, sayangnya tak lengkap, kini berada di Perpustakaan Leiden, Belanda serta Kairo-Mesir. Ia juga menulis “Kitab al-Kamil”.

                Dalam Geometri, ia menulis “Kitab Fima Yahtaj Ilaih as-Suna’fi’Amal al-Handasa”. Buku itu ditulisnya atas permintaan khusus dari Khalifah Baha’ad Daulah. Salinannya berada di perpustakaan Masjid Aya Sofya, Istanbul. Kitab al-Majesti adalah buku karya Abul Wafa yang paling terkenal dari semua buku yang ditulisnya. Salinannya yang juga sudah tak lengkap kini tersimpan di Perpustakaan Nasional Paris, Perancis.

                Sang Matematikus terhebat di abad ke-10 itu tutup usia pada 15 Juli 998 di kota Baghdad, Irak. Namun hasil karya dan pemikirannya hingga kini masih tetap hidup. []Al-Qalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Waktu

Facebook Badge

Kitab-kitab Mutabanat